Oleh KH Abdurrahman Navis, Lc. MHI
I. Definisi dan Historis
I. Definisi dan Historis
ASWAJA adalah kepanjangan kata dari “ Ahlussunnah waljamaah”.
Ahlussunnah berarti orang-orang yang menganut atau mengikuti sunnah Nabi
Muhammad SAW, dan waljamaah berarti mayoritas umat atau mayoritas
sahabat Nabi Muhammad SAW. Jadi definisi Ahlussunnah waljamaah yaitu; “
Orang-orang yang mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW dan mayoritas
sahabat ( maa ana alaihi wa ashhabi ), baik di dalam syariat (hukum
Islam) maupun akidah dan tasawuf”.
Istilah ahlussunnah waljamaah tidak dikenal di zaman Nabi Muhammad SAW
maupun di masa pemerintahan al-khulafa’ al-rasyidin, bahkan tidak
dikenal di zaman pemerintahan Bani Umayah ( 41 – 133 H. / 611 – 750 M.
). Istilah ini untuk pertama kalinya di pakai pada masa pemerintahan
khalifah Abu Ja’far al-Manshur (137-159H./754-775M) dan khalifah Harun
Al-Rasyid (170-194H/785-809M), keduanya dari dinasti Abbasiyah
(750-1258). Istilah ahlussunnah waljamaah semakin tampak ke permukaan
pada zaman pemerintahan khalifah al-Ma’mun (198-218H/813-833M).
Pada zamannya, al-Ma’mun menjadikan Muktazilah ( aliran yang
mendasarkan ajaran Islam pada al-Qur’an dan akal) sebagai madzhab resmi
negara, dan ia memaksa para pejabat dan tokoh-tokoh agama agar mengikuti
faham ini, terutama yang berkaitan denga kemakhlukan al-qur’an. untuk
itu, ia melakukan mihnah (inquisition), yaitu ujian akidah
terhadap para pejabat dan ulama. Materi pokok yang di ujikan adalah
masalah al-quran. Bagi muktazilah, al-quran adalah makhluk (diciptakan
oleh Allah SWT), tidak qadim ( ada sejak awal dari segala permulaan),
sebab tidak ada yang qadim selain Allah SWT. Orang yang berpendapat
bahwa al-quran itu qadim berarti syirik dan syirik merupakan dosa besar
yang tak terampuni. Untuk membebaskan manusia dari syirik, al-Ma’mun
melakukan mihnah. Ada beberapa ulama yang terkena mihnah dari al-Ma’mun,
diantaranya, Imam Ahmad Ibn Hanbal ( 164-241H).
Penggunaan istilah ahlussunnah waljamaah semakin popular setelah
munculnya Abu Hasan Al-Asy’ari (260-324H/873-935M) dan Abu Manshur
Al-Maturidi (w. 944 M), yang melahirkan aliran “Al-Asy’aryah dan
Al-Maturidyah” di bidang teologi. Sebagai ‘perlawanan’ terhadap aliran
muktazilah yang menjadi aliran resmi pemerintah waktu itu. Teori
Asy’ariyah lebih mendahulukan naql ( teks qu’an hadits) daripada aql (
penalaran rasional). Dengan demikian bila dikatakan ahlussunnah
waljamaah pada waktu itu, maka yang dimaksudkan adalah penganut paham
asy’ariyah atau al-Maturidyah dibidang teologi. Dalam hubungan ini
ahlussunnah waljamaah dibedakan dari Muktazilah, Qadariyah, Syiah,
Khawarij, dan aliran-aliran lain. Dari aliran ahlussunnah waljamaah
atau disebut aliran sunni dibidang teologi kemudian juga berkembang
dalam bidang lain yang menjadi cirri khas aliran ini, baik dibidang
fiqh dan tasawuf. sehingga menjadi istilah, jika disebut akidah sunni
(ahlussunnah waljamaah) yang dimaksud adalah pengikut Asy’aryah dan
Maturidyah. Atau Fiqh Sunni, yaitu pengikut madzhab yang empat (
Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hanbali). Yang menggunakan rujukan alqur’an,
al-hadits, ijma’ dan qiyas. Atau juga Tasawuf Sunni, yang dimaksud
adalah pengikut metode tasawuf Abu Qashim Abdul Karim al-Qusyairi, Imam
Al-Hawi, Imam Al-Ghazali dan Imam Junaid al-Baghdadi. Yang memadukan antara syari’at, hakikat dan makrifaat.
II. Memahami Hadits Firqah
Ada beberapa riwayat hadits tentang firqah atau millah ( golongan atau
aliran) yang kemudian dijadikan landasan bagi firqah ahlussunnah
waljamaah. Sedikitnya ada 6 riwayat hadits tentang firqah/millah yang
semuanya sanadnya dapat dijadikan hujjah karena tidak ada yang dloif
tetapi hadits shahih dan hasan. Dari hadits yang kesimpulannya
menjelaskan bahwa umat Rasulullah akan menjadi 73 firqah, semua di
neraka kecuali satu yang di surga. itulah yang disebut firqah yang
selamat الفرقة الناجية)). Dari beberpa riwayat itu ada yang secara tegas menyebutkan; ( أهل الســنة والجمــاعة“) ahlussunnah waljamaah”. ataub “aljamaah”. (الجماعة Tetapi yang paling banyak dengan kalimat; “ maa ana alaihi wa ashhabi” (( ماأنا عليه وأصحا . baiklah penulis kutipkan sebagian hadits tentang firqah atau millah:.
عن عبد الله بن عمرو قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: " لبأتين على
أمتي ما أتى على بني اســــرائيل حذو النعل بالنعل حتى ان كان منهم من بأتي
أمه علانية لكان في أمتي من يصنع ذالك , وان بني اســـرائيل تفرقت على
ثنتين وســبعين ملة, وتفترق أمتي على ثلاث وســبعين ملة كلهم فى النار الا
واحدة قالوا ومن هي يا رسول الله ؟ قال : " مـــا أنا عليه وأصـــحابي". ( الترمذي و الآجري واللا لكائي وغيرهم. حـــسن بشــواهد كثيرة )
Artinya:
Dari Abillah Bin ‘Amr berkata, Rasulullah SAW bersabda: “ Akan datang
kepada umatku sebagaimana yang terjadi kepada Bani Israil. Mereka
meniru perilakuan seseorang dengan sepadannya, walaupun diantara mereka
ada yang menggauli ibunya terang-terangan niscaya akan ada diantara
umatku yang melakukan seperti mereka. Sesungguhnya bani Israil
berkelompok menjadi 72 golongan. Dan umatku akan berkelompok menjadi 73
golongan, semua di neraka kecuali satu. Sahabat bertanya; siapa mereka
itu Rasulullah? Rasulullah menjawab: “ Apa yang ada padaku dan
sahabat-sahabatku “ ( HR. At-Tirmidzi, Al-Ajiri, Al-lalkai. Hadits hasan
)
عن
أنس بن مــالك قال : قال رســول الله صــلى الله عليه وســلم : " ان بني
اســرائيل افترقت على احدى وســبعين فرقة , وان أمتي ستفترق على ثنــتين
وسبعين فرقــة كلها في النار الا واحدة, وهي الجمــاعة " ( ابن ماجه وأحمد
واللا لكائي وغيرهم. هذا اســـناد جيد )
Artinysa:
Dari Anas bin Malik berkata, rasulullah SAW bersabda; “ Sesungguhnya
bani Israil akan berkelompok menjadi 71 golongan dan sesungguhnya
umatku akan berkelompok menjadi 72 golongan, semua di neraka kecuali 1
yaitu al-jamaah”. ( HR.Ibn Majah, Ahmad, al-lakai dan lain. Hadits
sanad baik )
Dari pengertian hadits diatas dapat difahami dan disipulkan sebagai berikut:
Penganut
suatu agama sejak sebelum Nabi Muhammad (Bani Israil) sudah banyak yang
‘menyimpang’ dari ajaran aslinya, sehingga terjadi banyak interpretasi
yang kemudian terakumulasi menjadi firqah-firqah.
Umat
Nabi Muhammad juga akan menjadi beberpa firqah.namun berapa jumlahnya?
Bilangan 73 apakah sebagai angka pasti atau menunjukkan banyak,
sebagaimana kebiasaan budaya arab waktu itu?.
Bermacam-macam
firqah itu masih diakui oleh Nabi Muhammad SAW sebagai umatnya,
berarti apapun nama firqah mereka dan apaun produk pemikiran dan
pendapat mereka asal masih mengakui Allah sebagai Tuhan, Muhammad
sebagi Nabi dan ka’bah sebagai kiblatnya tetap diakui muslim. Tidak
boleh di cap sebagai kafir. ‘lahu ma lana wa alaihi ma alainaa.’
Pengertian
semua di nereka kecuali satu, yaitu mereka yang tidak persis sesuai
dengan sunnah Nabi dan para sahabatnya akan masuk neraka dahulu tapi
tidak kekal didalmnya yang nantinya akan diangkat ke surga kalau masih
ada secuil iman dalam hatinya. Sedangkan yang satu akan langsung ke
surga tanpa mampir di neraka dahulu.
الفرقة النـاجية (kelompok yang selamat) adalah mereka yang mengikuti sesuai apa yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya ماأناعليه وأصحـابه )
yang mungkin berada di berbagai tempat, masa dan jamaah. tidak harus
satu organisasi, satu negara, satu masa atau satu partai dan golongan
III. Ahlussunnah Waljamaah versi KH. Hasyim Asy’ari
KH. Hasyim Asy’ari, Rais Akbar Nahdlatul Ulama’ memberikan tashawur
(gambaran) tentang ahlussunnah waljamaah sebagaimana ditegaskan dalam
al-qanun al-asasi, bahwa faham ahlussunnah waljamaah versi Nahdlatul
Ulama’ yaitu mengikuti Abu Hasan al-asy’ari dan Abu Manshur al-Maturidi
secara teologis, mengikuti salah satu empat madzhab fiqh ( Hanafi,
Maliki, Syafi’I dan Hanbali) secara fiqhiyah, dan bertashawuf
sebagaimana yang difahami oleh Imam al-Ghazali atau Imam Junaid
al-Baghdadi.
Penjelasan KH. Hasyim Asy’ari tentang ahlussunnah waljamaah versi Nahdlatul Ulama’ dapat difahami sebagai berikut:
1.
Penjelasan aswaja KH Hasyim Asy’ari, jangan dilihat dari pandangan
ta’rif menurut ilmu Manthiq yang harus jami’ wa mani’ (جامع مانع) tapi itu merupakan gambaran (تصــور) yang akan lebih mudah kepada masyarakat untuk bisa mendaptkan pembenaran dan pemahaman secara jelas ( تصــد يق).
Karena secara definitif tentang ahlussunnah waljamaah para ulama
berbeda secara redaksional tapi muaranya sama yaitu maa ana alaihi wa
ashabii.
2.
Penjelasan aswaja versi KH. Hasyim Asy’ari, merupakan implimentasi dari
sejarah berdirinya kelompok ahlussunnah waljamaah sejak masa
pemerintahan Abbasiyah yang kemudian terakumulasi menjadi firqah yang
berteologi Asy’ariyah dan Maturidiyah, berfiqh madzhab yang empat dan
bertashuwf al-Ghazali dan Junai al-Baghdadi
3.
Merupakan “Perlawanan” terhadap gerakan ‘wahabiyah’ (islam modernis) di
Indonesia waktu itu yang mengumandangkan konsep kembali kepada al-quran
dan as-sunnah, dalam arti anti madzhab, anti taqlid, dan anti TBC. (
tahayyul, bid’ah dan khurafaat). Sehingga dari penjelasan aswaja versi
NU dapat difahami bahwa untuk memahami al-qur’an dan As-sunnah perlu
penafsiran para Ulama yang memang ahlinya. Karena sedikit sekali kaum m
uslimin mampu berijtihad, bahkan kebanyakan mereka itu muqallid atau
muttabi’ baik mengakui atau tidak.
IV. Kesimpulan
Dari
pemaparan penulis tentang ahlussunnah waljamaah, secara historis, teks
hadits dan penjelasan KH. Hasyim Asy’ari, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
Secara
historis, ahlussunnah waljamaah menjadi nama sebuah firqah pada masa
pemerintahan abbasiah, akibat dari pergolakan pemikiran antara
muktazilah dan kelompok lain. Dalam pandangan ini ahlussunnah waljamaah
adalah sebuah “al-manhaj al-fikri”.
Pengklasifikasian
firqah islam menjadi 73 adalah sebuah prediksi Rasulullah sesuai system
berfikir yang akan berkembang di masa yang akan datang dalam memahami
ajaran islam. Tapi semua kelompok itu masih dalam bingkai umat Nabi
Muhammad dan tidak sampai keluar dari din al-islam.
Kelompok
yang selamat adalah sebuah prilaku dari perorangan atau kelompok yang
mengikuti sunnah Nabi dan para sahabatnya. Lintas organisasi, partai,
madzhab, negara, generasi, tokoh atau lainnya
Nahdlatul
Ulama’ mengaku sebagai kelompok ahlussunnah waljamaah tapi aswaja
tidak hanya NU. Bias saja orang mengaku NU tapi dalam pemahamannya
tentang islam tidak sesuai dengan konsep aswaja. Jadi bisa saja seorang
berada di golongan yang bukan NU tapi keyakinannya sesuai dengtan
konsep ASWAJA.
Reinterpretasi
sebuah konsep aswaja adalah kembali kepada pemahaman as-salaf as-shaleh
yang paling dekat dengan system hidup Rasulullah dan sahabatnya. Dan
upaya mencari kebenaran adalah dengan menggunakan pisau analisis para
mujtahidin yang diakui kemampuan dan keikhlasannya dalam memahami islam.
Bukan hanya dengan sebuah wacana yang dikembangkan oleh orientalis yang
berusaha membius pemikir muslim dan menghancurkan islam dari dalam. Wallahu a’lam bis-shawab.
Bahan Pustaka:
1. Al-fashl fi al-milal wa al-ahwa’ wa an-nihal. Al-Imam Ibn Hazm Ad-dzahiri Al-Andalusi.
2. Ahlussunnah waljamaah; maalim al-inthilaqah al-kubra. Muhammad Abdul Hadi Al-Mishry
3. Al-Qanun Al-Asasi. KH. Hasyim Asy’ari
4. Ensiklopedi Islam. Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA.